Andhika T. Pradana, Sekali ’’Dayung’’ Raih Dua Emas Olimpiade Sains

BAGIKAN:

facebook twitter pinterest line whatapps telegram

Oleh arif
Jumat, 26 Desember 2008 05:19:37 Klik: 4504
Klik untuk melihat foto lainnya...

HAMPIR dua pekan mengikuti Olimpiade Sains dengan skedul yang ketat di Gyeongnam, Korea Selatan, menyebabkan Andhika masih kelelahan. Namun, sikap polosnya tetap tidak hilang. Kamis sore (19/12) saat menemui Jawa Pos di rumahnya, Perumahan Bintaro, dia baru salat Magrib di kamarnya.

’’Saya agak kurang tidur karena (selama di Korea) sibuk belajar. Jadi, sekarang istirahat di-banyakin,’’ kata siswa SMP Al Azhar Bintaro sambil tersenyum.

Sambil duduk, dengan santai dia lalu mengangkat kaki dan diselenjorkan ke kursi lain di dekatnya. Kontan saja sang ibu, Yasmini Shitadewi, menegurnya. ’’Nak, kok gitu sih, kan ada tamu,’’ kata ibundanya dengan halus. Tanpa banyak beralasan, Andika langsung menurunkan kaki.

Andika memang tampak seperti siswa SMP umumnya. Dia malu-malu ketika menjawab pertanyaan dan masih agak manja kepada sang mama. Tapi, siapa yang menduga, di balik sifatnya yang irit bicara dan cenderung pasif itu Andika adalah siswa cerdas.

Saat duduk di kelas VI SD Islam Al Azhar pada 2005, misalnya, dia meraih medali perak pada even yang senada di Jakarta. Lantas, tahun lalu, pada ajang International Mathematic Science Olympiad (IMSO) IV di Taiwan, dia juga meraih medali perak.

Namun, dalam ajang International Junior Science Olympiad (IJSO) V yang berakhir 17 Desember lalu di Gyeongnam, prestasi yang diraih Andhika melonjak tajam.  Bersama lima rekannya, Andhika yang belum genap berusia 15 tahun itu berhasil menaiki podium juara. Tim Merah Putih mendulang empat medali emas, empat medali perak, dan satu medali perunggu. Hebatnya, dua di antara empat medali emas itu diraih Andika seorang diri untuk kategori individu dan tim.

Selain Andika, satu emas diraih masing-masing Jessica Handojo dan Florensia Irena (SMP Santa Ursula, Jakarta). Sedangkan medali perak direbut Fuad Ikhwanda (SMPN 1 Padang Panjang), Jessica Handojo, dan Florencia Irena (SMP Santa Ursula, Jakarta), serta Erwin Wibowo (SMP Susteran, Purwokerto). Sementara itu, medali perunggu direbut Abidah Rahmah, (Boarding School Nurul Fikri, Serang, Banten).

IJSO merupakan ajang kompetisi individu dan tim yang diselenggarakan tiap tahun untuk siswa SMP berusia 15 tahun ke bawah. Sesuai namanya, materi kompetisi adalah sains yang mencakup biologi, fisika, dan kimia. Kompetisi berlangsung dalam tiga tahap, tahap I (dengan bobot penilaian 30 persen) berupa kompetisi individu untuk sains dasar yang terdiri atas biologi, fisika, dan kimia.

Tahap II (dengan bobot 30 persen) berupa kompetisi individu untuk sains yang lebih kompleks dan mengombinasikan biologi, fisika, dan kimia. Dan, tahap III (dengan bobot penilaian 40 persen) adalah kompetisi tim untuk melakukan eksperimen yang mengombinasikan biologi, fisika, dan kimia.

Pada ajang IJSO yang berlangsung 7–16 Desember 2008 itu, tim Indonesia harus bersaing ketat. Total, 259 peserta dari 51 negara. Namun, berkat kerja keras Andhika Tangguh Pradana dkk, perolehan anak-anak Indonesia tak mengecewakan. Total raihan medali tahun ini meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya merebut 1 medali emas, 2 perak, dan 3 perunggu. Juara umum IJSO ke-5 direbut tim tuan rumah dengan enam medali emas, disusul China Taipei yang juga dengan 6 medali emas.

Andhika yang kelahiran 9 Februari 1994 mengaku tidak kesulitan ketika mengerjakan soal esai dan multiple choice yang diberikan panitia. Terbukti, 100 soal yang diajukan dapat diselesaikan secara baik. Bahkan, dia masuk salah seorang di antara enam siswa terbaik dari seluruh peserta.

’’Awalnya saya sempat stres karena harus bersaing dengan Taiwan dan Korea. Mereka ini langganan dapat emas. Tapi, setelah saya berdoa sama Allah, jadi tenang,’’ kata Andhika, sambil asyik mempermainkan benda-benda pajangan di rak yang menempel di  kursi tamu.

Menurut Andhika, akibat terlalu lelah dan jenuh, dia sempat tidak konsentrasi. Karena itu, mereka lalu memutuskan mencari udara segar dengan jalan-jalan keliling kota Gyeongnam. Mereka pun melihat museum dan sejumlah objek wisata lain yang menarik di kota itu.

Kiat itu cukup jitu. Andhika dan rekan-rekan setim justru seperti mendapatkan pencerahan. ’’Kami seketika itu yakin mampu mengalahkan peserta dari negara-negara lain,’’ kata Andhika. ’’Dan, alhamdulillah, kami bisa kan Ma,’’ sambungnya sambil menoleh ke sang mama.

Soal belajar, Andhika mengaku tidak pernah terlalu serius. Malah, di rumah dia belajar bergantung mood. Dia masih aktif bermain dan berkumpul bersama teman sebaya. ’’Tapi, saya tidak begitu suka main game. Saya lebih suka membaca,’’ ujar Andhika.

Lalu, apa resep sang ibunda sehingga bisa mendidik dan membesarkan putra berprestasi yang mendapat beasiswa dari pemerintah hingga lulus S-3 (termasuk kalau Andhika memilih melanjutkan sekolah di luar negeri)? Yasmini Shitadewi yang berambut pendek itu malah mengangkat bahu tanda tidak tahu.

’’Saya dulu rajin memberi Andhika lauk ikan-ikan segar. Untuk bacaan, saya suka belika buku-buku sains bergambar. Saya juga biasakan dia hidup dan berpikir bebas dan tanpa tekanan,’’ kata Yasmini, lantas mencubit pipi sang buah hati.

Saat ditanyakan tentang cita-citanya, dengan mantap Andhika mengaku ingin menjadi dokter. Untuk mewujudkan impiannya itu, dia sering membaca tentang ilmu kesehatan. Lalu, apa kunci suksesnya? ’’Yang penting bagaimana berusaha memahami pelajaran. Yang penting jangan menghafal, tetapi paham,’’ katanya.

Selain beasiwa dari pemerintah, Andhika mendapatkan hadiah dalam bentuk tabungan Rp 40 juta. Banyaknya hadiah itulah yang membuat Yasmini bangga dengan anak pertamanya itu.

Lalu, bagaimana hadiah Rp 40 juta yang diberikan kepadanya oleh pemerintah? Ditanya Jawa Pos seperti itu, Andika awalnya ragu. Namun, dia lalu mengatakan akan digunakan untuk membeli Lego jenis Bionicle. Lego adalah mainan dari pecahan-pecahan kecil yang bisa disusun untuk menghasilkan bentuk yang dinginkan. Jenis Bionicle adalah lego dengan bentuk robot dan monster.

Andika mengaku mengoleksi Lego Bionicle sejak duduk di bangku SD. Seperti saat dilihat Jawa Pos, di atas tempat tidur kamarnya terdapat sebuah lego yang disusun menjadi bentuk robot. ’’Karena seri terbaru Bionicle masih belum keluar, ya saya akan tunggu dulu. Sementara uangnya ditabung dulu sama Mama,’’ katanya.

Sumber: radarjogja.co.id/(el)



 

 
Berita Berita Terkini Lainnya